Patah hati adalah perasaan yang tidak enak dan bahkan sakit
karena suatu hal atau tragedi, seperti cinta. Mungkin yang lebih sering patah
hati karena cinta adalah para remaja, para remaja yang baru mengenal cinta.
Bukan hanya remaja, orang dewasa pun tak sedikit yang tidak luput dari patah
hati.
Mungkin anda berpikir kalau cinta itu bisa menyenangkan dan
menyakitkan seperti dua mata koin yang tidak dapat dipisahkan, tapi bagi saya
cinta itu tetap menyenangkan dan tidak pernah menyakitkan, kenyataanlah yang
membuat cinta itu menyakitkan. Misalnya ada seseorang yang patah hati karena cintanya
ditolak, kemudian dia patah hati dan mengatakan bahwa cinta itu menyakitkan,
sebenarnya bukan cinta yang menyakitkan, tapi kenyataan bahwa cintanya
ditolaklah yang menyakitkan, bukan cintanya yang berubah menjadi menyakitkan,
karena cinta itu konsisten, dan hanya membawa kebahagiaan.
Disaat kita patah hati, kita merasa bahwa dunia itu begitu
kejam, kita merasa bahwa kita adalah orang yang paling menyedihkan di dunia
ini, kita mengidap suatu penyakit yang cukup berbahaya, yaitu kecemasan. Kenapa
saya katakan bahwa cemas itu berbahaya? Karena cemas bukan hanya menyerang
mental seseorang, namun kesehatanya juga. Seseorang yang mentalnya diserang
oleh kecemasan akan merasa hidupnya tidak berarti lagi, putus asa dan kurang
bersemangat.
Seseorang yang mentalnya telah terserang rasa cemas yang
akut oleh patah hati, jika ia tidak segera bangkit maka kesehatanya akan
terserang pula. Dr. Russel L. Celcil dari University Medical School, seorang
spesialis penyakit tulang mengatakan bahwa rasa cemas dapat menjadi salah satu
penyebab penyakit rematik dan penyakit tulang lainya. Ia mengatakan empat
gejala umum yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tulang:
1.
Kehancuran rumah tangga
2.
Kegagalan dan kemerosotan dalam keuangan
3.
Kesepian dan kecemasan
4.
Rasa dendam dan kebencian yang dalam.
Tidak hanya itu, Dr. William I.L.McGonigle menyatakan di
depan American Dental Association bahwa: “ganguan emosi yang tidak menyenangkan
seperti rasa cemas, takut terganggu, dan sebagainya akan mempengaruhi
keseimbangan kalsium di dalam tubuh dan menyebabkan timbulnya penyakit gigi.”
Setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi
patah hati, ada yang hanya diam terpuruk, ada yang putus asa, ada yang berusaha
sekuat tenaga untuk melupakan orang yang telah menyakitinya, namun ada juga
yang gentleman menghadapi kenyataan pahit tersebut dengan tegar, kukuh bagai
karang yang diterpa ombak, berusaha tersenyum dalam kesedihan dan beraktivitas
seperti biasa.
Alasan melupakan seseorang yang kita cintai karena orang
tersebut telah menyakiti kita bukanlah merupakan penyelesaian yang baik, itu
bukan tindakan yang gentleman, karena itu sama saja dengan menghindari masalah
dan bukan menyelesaikanya. Alhasil, ketika kita telah berhasil melupakan
seseorang tersebut, masalah akan datang kembali bersamaan dengan orang yang
kita lupakan, dengan kata lain ketika orang tersebut datang kepada kita, maka
rasa sakit itupun akan menghampiri kita.
Bersikaplah gentleman dengan menghadapi kenyataan itu,
hadapi seperti seorang ksatria yang terhormat, berdiri tegak seperti karang
yang diterpa ombak, tersenyumlah lebar seperti jendral yang memenangkan
peperangan, berpikir jernih sejernih embun pagi, dan bersikaplah bijak seperti
ahli hikmah. Waktu kita terlalu singkat untuk memikirkan hal kecil semacam itu,
masih banyak yang harus kita kerjakan, kewajiban kita, mimpi kita, dan janji
kita, itu lebih penting untuk kita selesaikan.
Lalu bagaimana kita keluar dari keterpurukan ini? Jawabanya
adalah dengan “Hiduplah hari ini”. Mengapa kita harus merusakan indahnya
kehidupan hari ini dengan mencampur adukan persoalan – persoalan kecil yang
sebenarnya tidak perlu dipikirkan dan meninggalkan hidup yang sebenarnya harus
kita nikmati. Saya pernah membaca sebuah artikel yang sangat bagus, seperti ini
“setiap hari adalah hidup baru bagi mereka yang bijaksana” dari situ saya mendapatkan semangat untuk
menikmati setiap harinya, ternyata tidak sulit untuk hidup satu hari saja.
Ada dua patah kata dari Bangsa Romawi Kuno yang dapat
mewakili hal tersebut, yaitu: Carpe Diem. Atau: nikmatilah hari ini, atau:
genggamlah hari ini. Ya genggamlah hari ini, dan pergunakanlah sebaik – baiknya.
Jangan sampai kita terus terusan terpuruk, dan pada akhirnya menyesal waktu
kita belalu dengan sia – sia tanpa kita manfaatkan dengan maksimal.
Hiduplah hari ini...... hiduplah hari ini........
maksimalkan waktu 23 jam 56 menit yang kita miliki setiap harinya dengan sebaik
– baiknya, tak ada waktu untuk memikirkan hal – hal yang menyakitkan.
MENYAMBUT FAJAR
Pandangilah hari
ini
Karena hari ini
adalah kehidupan
Dari segala kehidupan
Dalam perjalanan
yang singkat ini
Letakan seluruh
kenyataan yang ada padamu :
Rahmat atas pertumbuhanmu
Kemenangan dari tindakanmu
Kemuliaan dari keberuntunganmu
Sebab kemarin tak
lain adalah mimpi
Dan esok pagi
adalah banyangan
Tetapi kehidupan
yang baik adalah di hari ini
Membuat kemarin menjadi mimpi yang indah
Dan esok menjadi
bayangan yang penuh harapan
Maka pandangilan
baik – baik hari ini
Seperti saat engkau
menyambut fajar
Kalisada {Dramawan India}