Jumat, 29 Oktober 2010

sejarah Paskibraka Indonesia

( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka)
Beberapa hari menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI pertama. Presiden Soekamo memberi tugas kepada ajudannya,Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatanDetik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, dihalaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta

Pada saat itu, sebuah gagasan berkelebat di benak Mutahar. Alangkah baiknya bila persatuan dan kesatuan bangsa dapat dilestarikan kepada generasi muda yang kelak akan menggantikan para pemimpin saat itu. Pengibaran bendera pusaka bisa menjadi simbol kesinambungan nilai-nilai perjuangan. Karena itu, para pemudalah yang harus mengibarkan bendera pusaka. Dari sanalah kemudian dibentuk kelompokkelompok pengibar bendera pusaka, mulai dari lima orang pemuda - pemudi pada tahun 1946 —yang menggambarkan Pancasila.

Namun, Mutahar mengimpikan bila kelak para pengibar bendera pusaka itu adalah pemuda-pemuda utusan dari seluruh daerah di Indonesia. Sekembalinya ibukota Republik Indonesia ke Jakarta, mulai tahun 1950 pengibaran bendera pusaka dilaksanakan di Istana Merdeka Jakarta. Regu-regu pengibar dibentuk dan diatur oleh Rumah Tangga Kepresidenan Rl sampai tahun 1966. Para pengibar bendera itu memang para pemuda, tapi belum mewakili apa yang ada dalam pikiran Mutahar. Tahun 1967, Husain Mutahar kembali dipanggil Presiden Soeharto untuk dimintai pendapat dan menangani masalah pengibaran bendera pusaka. Ajakan itu, bagi Mutahar seperti "mendapat durian runtuh" karena berarti ia bisa melanjutkan gagasannya membentuk pasukan yang terdiri dari para pemuda dari seluruh Indonesia. tersirat dalam benak Husain Mutahar akhirnya menjadi kenyataan. Setelah tahun sebelumnya diadakan ujicoba, maka pada tahun 1968 didatangkanlah pada pemuda utusan daerah dari seluruh Indonesia untuk mengibarkan bendera pusaka. Sayang, belum seluruhnya provinsi bisa mengirimkan utusannya, sehingga pasukan pengibar bendera pusaka tahun itu masih harus ditambah dengan eks anggota pasukan tahun 1967.

Selama enam tahun, 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Nama, pada kurun waktu itu memang belum menjadi perhatian utama, karena yang terpenting tujuan mengibarkan bendera pusaka oleh para pemuda utusan daerah sudah menjadi kenyataan. Dalam mempersiapkan Pasukan Penggerek Bendera Pusaka, Husein Mutahar sebagai Dirjen Udaka (Urusan Pemuda dan Pramuka) tentu tak dapat bekerja sendiri. Sejak akhir 1967, ia mendapatkan dukungan dari Drs Idik Sulaeman yang dipindahtugaskan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (dari Departemen Perindustrian dan Kerajinan) sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan. Idik yang terkenal memiliki karakter kerja sangat rapi dan teliti, lalu mempersiapkan konsep pelatihan dengan sempurna, baik dalam bidang fisik, mental, maupun spiritual. Latihan yang merupakan derivasi dari konsep Kepanduan itu diberi nama ”Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila”. Setelah melengkapi silabus latihan dengan berbagai atribut dan pakaian seragam, pada tahun 1973 Idik Sulaeman melontarkan suatu gagasan baru kepada Mutahar. ”Bagaimana kalau pasukan pengibar bendera pusaka kita beri nama baru,” katanya. Mutahar yang tak lain mantan pembina penegak Idik di Gerakan Pramuka menganggukkan kepala. Maka, kemudian meluncurlah sebuah nama antik berbentuk akronim yang agak sukar diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutnya. Akronim itu adalah PASKIBRAKA, yang merupakan singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. ”Pas” berasal dari kata pasukan, ”kib” dari kata kibar, ”ra” dari kata bendera dan ”ka” dari kata pusaka. Idik yang sarjana senirupa lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) itupun juga segera memainkan kelentikan tangannya dalam membuat sketsa. Hasilnya, adalah berbagai atribut yang digunakan Paskibraka, mulai dari Lambang Anggota, Lambang Korps, Kendit Kecakapan sampai Tanda Pengukuhan (Lencana Merah-Putih Garuda/MPG). Nama Paskibraka dan atribut baru itulah yang dipakai sejak tahun 1973 sampai sekarang. Sulitnya penyebutan akronim Paskibraka memang sempat mengakibatkan kesalahan ucap pada sejumlah reporter televisi saat melaporkan siaran langsung pengibaran bendera pusaka setiap tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka. Bahkan, tak jarang wartawan media cetak masih ada yang salah menuliskannya dalam berita, misalnya dengan ”Paskibrata”. Tapi, bagi para anggota Paskibraka, Purna (mantan) Paskibraka maupun orang-orang yang terlibat di dalamnya, kata Paskibraka telah menjadi sesuatu yang sakral dan penuh kebanggaan.

Memang pernah, suatu kali nama Paskibraka akan diganti, bahkan pasukannya pun akan dilikuidasi. Itu terjadi pada tahun 2000 ketika Presiden Republik Indonesia dijabat oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Kata ”pusaka” yang ada dalam akronim Paskibraka dianggap Gus Dur mengandung makna ”klenik”. Untunglah, dengan perjuangan keras orang orang yang berperan besar dalam sejarah Paskibraka, akhirnya niat Gus Dur untuk melikuidasi Paskibraka dapat dicegah. Apalagi, Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, pada pasal 4 jelas-jelas menyebutkan: (1) BENDERA PUSAKA adalah Bendera Kebangsaan yang digunakan pada upacara Proklamasi Kemerdekaan di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. (2) BENDERA PUSAKA hanya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus. (3) Ketentuan-ketentuan pada Pasal 22 tidak berlaku bagi BENDERA PUSAKA. (Pasal 22: Apabila Bendera Kebangsaan dalam keadaan sedemikian rupa, hingga tak layak untuk dikibarkan lagi, maka bendera itu harus dihancurkan dengan mengingat kedudukannya, atau dibakar). Itu berati, bila Presiden ngotot mengubah nama Paskibraka, berarti dia melanggar PP No. 40 Tahun 1958. Presiden akhirnya tidak jadi membubarkan Paskibraka, tapi meminta namanya diganti menjadi ”Pasukan Pengibar Bendera Merah-Putih” saja. Hal ini di-iyakan saja, tapi dalam siaran televisi dan pemberitaan media massa, nama pasukan tak pernah diganti. Paskibraka yang telah menjalani kurun sejarah 32 tahun tetap seperti apa adanya, sampai akhirnya Gus Dur sendiri yang dilengserkan.

SEJARAH PERKEMBANGAN PASKIBRAKA

Beberapa hari menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI pertama, Presiden Soekarno memberi tugas kepada ajudannya, Mayor M. Husein Mutahar untuk mempersiapkan upacara peringatan Detik – detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.
Saat itulah muncul gagasan dari Mutahar untuk membentuk kelompok-kelompok pengibar bendera pusaka, yang diawali oleh lima orang pemuda-pemudi pada tahun 1946 – yang melambangkan Pancasila.
Kemudian sejak tahun 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Baru pada tahun 1973 nama PASKIBRAKA lahir hasil dari pemikiran Idik Sulaeman yang merupakan tangan kanan Husein Mutahar. Bahkan Idik juga menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragam, Lambang Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan.

Bentuk Seragam
Sebelum tahun 1981, bentuk pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana. Putra dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke dalam celana panjang putih dengan ikat pinggang juga warna putih; Putri dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas.
Tapi setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan disamakan modelnya dengan seragam TNI dari kelompok 45, seragam Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.

Lambang Anggota
Lambang Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna hijau. Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan lambang dengan tanda ciri pemuda dan Pramuka —karena kedua unsur inilah yang menjadi pendukung pasukan. Lambang untuk pemuda berupa “bintang segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”.
Namun, karena adanya keritikan negatif maka Idik Sulaeman merancang lambang anggota Paskibraka yang baru, yang menggambarkan siapa sebenarnya Paskibraka itu.
Lambang anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula mata rantai belah ketupat.
Bunga teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang berkembang (mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna “belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah mendatar bermakna “aktif, disiplin dan gembira”.
Mata rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok (16 penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku, agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada setiap anggota Paskibraka.

Lambang Korps
Sejak 1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam. Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA” dan tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai).
Di dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka dilatarbelakangi bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:
1) Bentuk perisai bermakna "siap bela negara" termasuk bangsa dan tanah air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2) Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati
3) Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
4) Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
5) Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.
Untuk mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda lokasi terbentuknya pasukan.

Tanda Pengukuhan
Sebagai tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis / Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda / Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia” sambil memegang Sang Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjang sebagai "kiasan" kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya.
Tanda pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para peserta latihan pun diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan perbuatannya sehari-hari.
Awalnya, pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat (1968–1971) kendit Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau untuk anggota pasukan dan ungu untuk para penatar / pembina. Karena kendit warna polos menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif.
Motif tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan rantai belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat diisi dengan huruf yang membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA BER-PANCASILA”.
Semula, ukuran lebar dan panjang kendit adalah 5 cm dan 17 cm, untuk melambangkan angka tanggal 17 (dari 17 Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik pencetakan motifnya, ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar 5 cm dan panjang 14 dm (140 cm).
Tanda pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum 1973, lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973 sampai saat ini berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4 cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana untuk Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan panjang 3,5 cm.
Warna dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.
[LIST]
• Warna hijau untuk Latihan Perintis/Pemula Pemuda
• Warna merah untuk Latihan Pemuka Pemuda
• Warna coklat untuk Latihan Penuntun Pemuda
• Warna kuning untuk Latihan Pendamping Pemuda
• Warna ungu untuk Latihan Penatar Kepemudaan
• Warna abu-abu untuk Latihan Penaya Kepemudaan

Kedua Tanda Pengukuhan, digunakan dengan ketentuan yang berbeda. Lencana pengukuhan dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di atas saku kiri baju), baik pada seragam maupun baju biasa sehari-hari. Sedangkan kendit, dililitkan ke pinggang dan disimpulmatikan dibagian depan (perut) dan hanya dikenakan saat menghadiri upacara pengukuhan, tidak untuk sehari-hari.

Paskibraka & Proklamasi
Oleh Drs. H. DEDEM RUCHLIA, M.Si.
setiap kita memperingati hari kemerdekaan negara yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, biasanya ditandai aneka ragam aktivitas yang dilakukan pemerintah seperti penyiapan upacara-upacara, pidato kenegaraan, dan pemberian penghargaan. Kalangan dunia usaha sibuk menyiapkan barang-barang layanan berbagai keperluan, sedangkan masyarakat sibuk dengan kegiatan di masing-masing daerah seperti menghias, membuat gapura, dan mengadakan perlombaan bertemakan perjuangan untuk tujuan menyemarakkan hari kemerdekaan.
Salah satu agenda dalam memperingati kemerdekaan adalah tradisi penyiapan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) oleh pemerintah bersama masyarakat baik di pusat maupun daerah. Paskibraka disiapkan dengan melibatkan unsur-unsur generasi muda remaja terutama anak-anak sekolah setingkat SMP dan SMA. Mereka direkrut, dilatih fisik, mental, dan intelektualitasnya selama kurun waktu sekitar satu bulan. Biasanya mereka diasramakan di lingkungan markas tentara sebagai institusi yang diberi tugas membentuk sikap/karakter agar tertanam nilai-nilai kejuangan seperti sikap takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri, jiwa korsa, kerja sama, rasa tanggung jawab, semangat rela berkorban, dan nasionalisme. Hal itu dimaksudkan agar generasi muda mampu memahami dan merasakan bahwa untuk mencapai sesuatu atau cita-cita itu penuh perjuangan dan pengorbanan.
Apabila proses pembentukan selesai dilaksanakan, bersama satuan tentara mereka siap bertugas melaksanakan pengibaran bendera Merah Putih di lapangan, pada saat upacara peringatan hari kemerdekaan. Setting values pengerahan Paskibraka melalui tugas gabungan antara tentara dan pemuda adalah sebagai simbol yang merefleksikan semangat juang ke dalam proses sejarah perebutan kemerdekaan oleh para founding father dengan doa, darah, dan air mata kekuatan bersenjata bersama rakyat pejuang mampu melawan kekuatan bersenjata penjajah.
Kenapa harus tentara? Kenapa tentara begitu pentingnya dalam peristiwa sejarah perjuangan di tanah air kita? Dari catatan peristiwa sejarah mengenang masa perjuangan menuntut kemerdekaan Indonesia hingga detik proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 serta perjuangan selanjutnya membela dan mempertahankannya, tidak banyak orang mengetahui bahwa sebelum terbentuknya negara Republik Indonesia merdeka kita telah memiliki tentara terlebih dahulu. Itulah yang membedakan negara kita dibandingkan dengan negara-negara lain yang merdeka atau dimerdekakan lebih dahulu baru kemudian dibentuk tentara untuk tujuan mempertahankan kedaulatan negaranya.
Negara kita mengalami penjajahan oleh pemerintah militer kolonial Belanda selama 350 tahun dan pemerintah militer Jepang selama 3,5 tahun. Setiap upaya perjuangan menuntut kemerdekaan oleh para tokoh-pahlawan pejuang nasional seperti Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dhien, Imam Bonjol, dan Patimura, selalu dikandaskan kekuatan militer Belanda. Selanjutnya, perjuangan Pesantren Sukamanah Tasikmalaya pimpinan K.H. Zainal Mustafa melawan pendudukan Jepang dengan tujuan melawan kemungkaran penjajah, juga dipatahkan militer Jepang.
Kehadiran tentara PETA sebagai cikal bakal TNI dibentuk pemerintah militer pendudukan Jepang dengan tujuan memobilisasi massa dan guna menumbuhkan keberanian moral dalam suasana perang sekaligus membentengi posisi pendudukan Jepang di tanah air akibat tentara Jepang yang mulai menderita kekalahan menghadapi serangan balik dari Sekutu yang ditandai direbutnya Guadalkanal dari tangan Jepang. Tentara PETA inilah yang menjadi kekuatan bersenjata bersama rakyat pejuang yang akhirnya melucuti tentara Jepang sendiri bersamaan dengan bocoran menyerahnya pemerintah Jepang kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945. Akhirnya, tentara PETA mengambil inisiatif bersama tokoh pemuda mendesak Bung Karno agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Selanjutnya, pada 17 Agustus 1945 sekitar pukul 10.00 WIB, bertepatan dengan Jumat Legi 9 Ramadan 1364 Hijriah, dengan dukungan dan pengamanan tentara Peta, Bung Karno, dan Bung Hatta untuk atas nama bangsa Indonesia membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, dengan khidmat, tertib, dan aman. Semula hal yang penting ini akan dilaksanakan di Lapangan Ikada, sekarang Monas, tetapi karena segi keamanan, dialihkan ke kediaman Bung Karno di Jln. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Waktu itu hadir Bu Fatmawati, Suwiryo, Dr. Muwardi, Wilopo, Mr. A. Gafar Pringodigdo, S.K. Trimurti, Sayuti Melik, dll. Hadir pula Barisan Pelopor, para pemuda, dan mahasiswa sekitar 1.000 orang.
Pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih dinaikkan anggota tentara PETA yaitu Chodancho A. Latief Hendraningrat dan bendera Merah Putih hasil jahitan tangan Bu Fatmawati. Setelah bendera naik dan berkibar, spontan dinyanyikan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" oleh seluruh yang hadir dengan penuh khidmat.
Detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia yang bersejarah itu dilarang disiarkan oleh Jepang, tetapi dapat disiarkan Radio Bandung hingga berulang-ulang, berkat pengawalan tentara PETA dan keberanian petugas di Kantor Siaran Radio Bandung di bawah pimpinan Sakti Alamsyah dan Amir Syam c.s., atas prakarsa Adam Malik yang berhasil menelefon Kantor Berita Domei di Jakarta dan Bandung, dengan mendiktekan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk disiarluaskan. Kemudian ditangkap Radio Malabar dan di-relay oleh Radio I Lilverum Negeri Belanda hingga dunia mengetahuinya. Sungguh besar jasa-jasa tentara Peta dan pejuang di lingkungan Kantor Siaran Radio Bandung.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia laksana fajar menyingsing menyinarkan cahaya kehidupan baru di bumi persada nusantara. Seluruh lapisan masyarakat bangsa Indonesia di segenap pelosok tanah air, menyambutnya dengan rasa syukur, rasa haru, dan suka cita tiada terhingga. Alhamdulillah, berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Sejarah membuktikan pula bahwa kekuatan rakyat pejuang yang manunggal dengan kekuatan bersenjata menjadi kekuatan yang ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Oleh karena itu, peristiwa penting ini merupakan simbol kekuatan bersenjata bersama-sama rakyat pejuang bahu-membahu berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hikmah dari peristiwa proklamasi ini perlu terus dilestarikan dan diwariskan dalam bentuk pelibatan generasi muda kita melalui pembentukan kekuatan Paskibraka dan pengerahannya yang dipersiapkan dan dilatih baik fisik maupun mentalnya agar mau dan mampu secara tertib dan khidmat mengantarkan Sang Saka Merah Putih untuk dikibarkan dalam setiap memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai refleksi dari proses sejarah pengibaran Merah Putih pada 17 Agustus 1945.
Dalam kondisi negara saat ini yang penuh dengan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, diharapkan TNI ke depan tidak kehilangan semangatnya untuk tetap tegar dan selalu meningkatkan profesionalismenya sebagai kekuatan penentu bersama komponen bangsa lainnya untuk menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kita, rakyat Indonesia tetap yakin dan percaya pada kekuatan TNI yang memiliki andil sangat besar terhadap kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta perjuangan selanjutnya membela dan mempertahankannya. ***

sekilas tentang Majalengka

Ketika mendengar kabupaten Majalengka mungkin tidak banyak orang yang tahu, orang-orang bahkan lebih mengenal daerah Jatiwangi dan Kadipaten dibanding Majalengka, sungguh miris, padahal kedua daerah tersebut ada di kabupaten Majalengka.
Sebagai orang yang dilahirkan di Majalengka, tentu saya ingi daerah kelahiran saya dapat dikenal banyak orang. Kabarnya pada tahun 2010 ini pemda Majalengka akan megerjakan proyek pembangunan bandara Internasional Majalengka di kecamatan Kertajati, sebenarnya rencana itu sudah lama, namun entah kenapa belum terealisasikan juga.
Namun tahun ini nampaknya pemerintah Majalengka mulai menunjukan keseriusanya dengan sudah dibelinya tanah dari para petani di sekitar daerah yang akan dijadikan bandara tersebut. Insprastukturnya pun sudah mulai dibenahi, seperti jalan, jembatan, dan lain lain. Dan apakah anak muda Majalengkanya sendiri sudah membenahi diri, agar jika nantinya bandara Internasional sudah jadi, jatah mereka tidak di ambil orang asing dan akhirnya mereka berdemo???
Kondisi fisik geografis Kabupaten Malengka, terletak di sebelah Timur propinsi Jawa Barat yaitu sebelah Barat antara 108 0 03'-108 0 19' Bujur Timur, sebelah Timur antara 108 0 12'-108 0 25' Bujur Timur dan di sebelah Utara antara 6 0 36'-6 0 58' Lintang Selatan, sebelah Selatan antara 6 0 43'-7 0 03' dengan luas wilayah 1.204,24 Km 2 (120.424 Ha) atau seluas 3,25 % dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat.
Wilayah Kabupaten Majalengka di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya serta di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.
Majalengka memiliki 23 Kecamatan, yaitu Argapura • Banjaran • Bantarujeg • Cigasong • Cikijing • Cingambul • Dawuan • Jatitujuh • Jatiwangi • Kadipaten • Kertajati • Lemahsugih • Leuwimunding • Ligung • Maja • Majalengka • Palasah • Panyingkiran • Rajagaluh • Sindangwangi • Sukahaji • Sumberjaya • Talaga.
 Curah hujan tahunan rata-rata di Kabupaten Majalengka berkisar antara 2.400 mm – 3.800 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan sebanyak 11 hari/bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah Selatan dan Tenggara, kecuali pada bulan April sampai dengan Juli bertiup dari arah Barat Laut dengan kecepatan antara 3 - 6 knot (1 Knot = 1.285 m/jam).
 Dari aspek hidrologis, di Kabupaten Majalengka mempunyai beberapa jenis potensi sumber daya air yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Potensi sumber daya air tersebut meliputi : 1) air permukaaan, seperti mata air, sungai , danau, waduk lapangan atau rawa, 2) air tanah, seperti sumur bor dan pompa pantek dan air hujan. Adapun sungai-sungai yang besar di antaranya adalah Sungai Cilutung, Cideres, Cikeruh, Ciherang, Cikadondong, Ciwaringin, Cilongkrang, Ciawi, dan Cimanuk. Selain sumber-sumber air tersebut di atas, terdapat pula jaringan irigasi yang menunjang pertanian dan fungsinya mendistribusikan, mengalirkan dan mengatur aliran air untuk keperluan pertanian di sawah-sawah, kolam dan lain-lain. Bangunan jaringan irigasi terdiri dari atas bangunan bendung 634 buah, bangunan air 1.015 buah, saluran pembawa air sepanjang 578.519 Km dan saluran pembuang air sepanjang 483.471 Km. Potensi sumber daya lahan untuk kegiatan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan hutan rakyat, terdiri atas lahan sawah 50.937 Ha meliputi Irigasi Teknis seluas 17.120 Ha, Irigasi Setengah Teknis seluas 8.874 Ha, Irigasi Sederhana seluas 4.464 Ha, Irigasi Non PU seluas 7.379 Ha dan Tadah Hujan Seluas 13.100 Ha serta non sawah 69.487 Ha meliputi Pekarangan (Bangunan) seluas 12.324 Ha, Tegal (Kebun) seluas 24.310 Ha, Ladang (Huma) seluas 45 Ha, Pengembalaan seluas 1.338 Ha, Rawa seluas 105 Ha, Kolam (Empang) seluas 594 Ha, Perkebunan seluas 431 Ha, Hutan Rakyat seluas 3.424 Ha, Hutan Negara seluas 20.140 Ha dan Lain-lain seluas 6.676 Ha.
Berdasarkan data dari Pertamina Eksplorasi dan Produksi Karang Ampel, bahwa potensi bahan minyak dan gas bumi di Kabupaten Majalengka meliputi 14 buah sumur minyak. Sisa cadangan total pasti minyak bumi mencapai 73.46.168 MSTB, sedangkan sisa cadangan total pasti gas alam mencapai 81.088,10 MMSCF. Nama-nama Bupati Majalengka:
1. RT. Dendranegara 1819 - 1848
2. RAA. Kartadiningrat 1848 - 1857
3. RAA. Bahudenda 1857 - 1863
4. RAA. Supradningrat 1863 - 1883
5. RAA. Supriadipraja 1883 - 1885
6. RMA. Supraadiningrat 1885 - 1902
7. RA. Sastrabahu 1902 - 1922
8. RMA. Suriatanudibrata 1922 - 1944
9. RA. Umar Said 1944 - 1945
10. R. Enoch 1945 - 1947
11. R.H. Hamid 1947 - 1948
12. R. Sulaeman Nata Amijaya 1948 - 1949
13. M. Chavil 1949
14. RM. Nuratmadibrata 1949 - 1957
15. H. Aziz Halim 1957 - 1960
16. H. RA. Sutisna 1960 - 1966
17. R. Saleh Sediana 1966 - 1978
18. H. Moch. S. Paindra 1978 - 1983
19. H. RE. Djaelani, SH. 1983 - 1988
20. Drs. H. Moch. Djufri Pringadi 1988 - 1993
21. Drs. H. Adam Hidayat, SH., M.Si 1993 - 1998
22. Hj. Tutty Hayati Anwar, SH., M.Si 1998 - 2008
23. H. SUTRISNO, SE., M.Si 2008 - 2013

Tanda Kendaraan Bermotor


sedikit unek unek tentang cinta

Cinta sangat indah rasanya ketika pertama kali datang. Membuay manusia begitu dasyat. Jatuh cinta begitu indahnya, dibuay-dibuay amboy rasanya.... itulah cuplikan lagu dari projek pop yang menggambarkan keindahan cinta. Cinta dapat merubah karakter manusia dari jahat menjadi baik, cinta dapat merubah orang dari pendiam menjadi penuh ceria, cinta itu dasyat, maka jangan sekali - sekali anda ragukan kekuatan cinta. Maha suci Allah yang telah menciptakan cinta. Begitu banyak lagu, puisi, dan ungkapan yang mengungkapkan keindahan cinta, tapi tiada hentinya para seniman menggambarkan keindahan cinta, tanya kenapa??? Karena cinta terlalu indah untuk di deskripsikan dengan kata, karena cinta itu abstrak dan hanya dapat dirasakan dengan hati.
Namun pernahkah anda mendengar ada orang yang bunuh diri karena cinta, orang yang sedih karena cinta, sakit karena cinta, patah hati, dan mati karena cinta. Atau pernahkah anda mendengar ungkapan “cinta ditolak, dukun bertindak”? Seperti halnya dua mata koin yang berbeda, cinta juga tidak hanya dapat membuat keceriaan dan kebahagiaan, tapi juga dapak menghasilkan kesedihan dan kesakitan. Begitulah cinta, bukan hanya bisa membuat orang klepek-klepek karena kegirangan, tapi juga bisa juga membuat orang klepek-klepek karena sekarat. Betul begitu???? Hmmmm..... (liat di bawah).
Cinta pada hakikatnya diciptakan untuk memperindah dunia, memberi warna pada dunia, dan untuk membuat dunia menjadi lebih ceria. Nabi Adam AS, manusia pertama didunia ini ditempatkan oleh Allah SWT di surga yang luar biasa indah dan dengan segala kemegahanya, namun beliau masih merasa sedih dan kesepian, baru ketika diciptakanya Hawa dari tulang rusuk nabi Adam dan ditanamkanya benih – benih cinta diantara mereka, mereka menjadi sangat gembira dan penuh keceriaan.
Oleh karena itu tidak pantaslah bila cinta disebut – sebut sebagai penyabab kesedihan, sakit hati, patah hati, atau bahkan dapat membuat orang bunuh diri. Tanya kenapa??? Padahal buktinya sudah banyak, mereka yang mengalami kisah tragis tersebut secara kasat mata memang karena cinta, tapi bila ditelaah lebih lanjut, itu bukanlah karena cinta. Nah loh????? Benar begitu, yang pertama, itu semua karena kita tidak pernah sadar ada yang lebih menyintai kita dari sekedar pasangan kita, yaitu Allah SWT. misalkan ada orang yang sakit hati karena diputuskan pasanganya, dia tidak sadar kalau itu adalah keputusan terbaik, coba kalau dia terus bersama pacarnya, dia akan terus merasa sakit hati dan tidak akan ada kesempatan untuk bertemu dengan orang yang lebih baik untuk dia. Ada orang yang disakiti pasanganya, dia tidak sadar kalau itu adalah cobaan dari Allah, sebagaimana kita tau kalau cobaan itu merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah terhadap hambanya. Yang kedua, karena kita tidak merasa dan ikhlas dalam menghadapi keputusan Allah, kita tidak menerima dan berontak terhadap keputusan tersebut, sehingga cinta dijadikan kambing hitam(sungguh tragis nasib cinta). Yang ketiga, karena kita tidak menjadikan Allah SWT sebagai cinta sejati kita, coba kalau kita menjadikan Allah SWT sebagai cinta sejati kita, kita tidak akan pernah merasa sakit hati, patah hati, dan kecewa karena cinta, justru kita akan selalu merasa bahagia, pikiranpun akan jernih, cahaya hidup nan gigih, prestasi mudah diraih(ayeeeee)........ karena mana mungkin sih ada yang tega menyakiti dan mengecewakan orang yang dicintainya, begitupun dengan Allah, jika kita mencintai Allah, Allah akan menyayangi dan mengasihi kita dengan caraNYa.
Sekarang ini, cinta sering dianalogkan dengan nafsu syahwat, seseorang yang menyintai lawan jenisnya, sama artinya dengan ingin berhubungan intim dengannya. Lalu apakah itu artinya cinta yang sesungguhnya??? Banyak pendapat, banyak argumen mengenai hal ini, namun sejatinya, bukan itu arti dari cinta. Seseorang yang menyintai pasanganya adalah orang yang bahagia melihat pasanganya bahagia, sakit bila melihat pasanganya sakit, dan rela berkorban demi pasanganya, walaupun mengorbankan kebahagiaanya sendiri.
Mari kita tebarkan cinta di sekitar kita, lingkungan kita, dan di dunia supaya dunia ini lebih ceria, mari kita berpositif thiking terhadap cinta dan jangan menjadikan cinta sebagai kambing hitam, mari kita menyintai dengan cara yang benar untuk mengembalikan nama baik cinta, dan semata – mata untuk meraih ridho-Nya. Semoga kita tidak dogolongkan dengan orang – orang yang lalai, dan semoga kita do golongkan dengan orang – orang yang beruntung..........