Waktu terasa cepat berlalu, gak
kerasa sekarang aku sudah duduk di bangku kuliah lagi. Aku ingat setahun yang
lalu adalah momen H2C (ayo kalian tau gak arti H2C) menunggu hasil Ujian
Nasional yang sangat menyeramkan bagiku. Ya” menyeramkan”, bukan begitu
kawan??? Menyeramkan bukan berarti aku belum siap tempur (walaupun ada benarya
juga), tapi juga kekhawatiran akan kesalahan teknis yang bisa merugikan,
seperti lembar jawaban tidak terscan komputer misalnya, gak lucu juga kan kalau
kita sudah capek-capek mengisi ternyata tidak terscan dan hasilnya tidak lulus,
itu Nightmare coooy!!!! tapi untunglah, masa-masa itu terlewati, dan
Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan (ane bilang “cukup” ya). Nilainya gak
ada yang dibawah 8,00 (sombong dikit
gapapa kan?).
Oke
cukup basa-basinya. Sekarang akan aku ceritakan pengalamanku mengikuti seleksi
masuk IPDN. Setahun yang lalu, tepatnya tahun 2011 aku masih duduk di kelas
XII. Seperti halnya anak-anak kelas XII lain, tentunya saat-saat seperti itu
adalah saat-saat untuk memikirkan kemana akan melanjutkan setelah lulus SMA.
Sejak SMP, aku sudah memimpikan untuk masuk Institut Pemerintahan Dalam Negeti
atau IPDN, saat itu di Televisi sedang gembor-gembornya diberitakan tentang
penganiayaan di kampus inpiianku itu. Tapi aku tak gentar, aku tetap
menginginkan untuk masuk kesana. Karena impian yang sudah lama terpendam
itulah, maka ketika terbuka kesempatan untuk pendaftaran Praja IPDN tahun
2011/2012 tidak aku sia-siakan, pokoknya aku harus ikut.
Saat itu
mungkin aku sedikit gila atau terlalu terobsesi, aku tak menghiraukan kondisi
fisikku yang enggak banget, tinggiku 168 cm, sedangkan berat badanku hanya 50
kg, sangat tidak proporsional. Setidaknya aku butuh sekitar 8 kg lagi untuk menuju
postur proporsional. Makanya aku rajin mengkonsumsi telur rebus tiap hari.
Untuk mengukur postur proporsional yaitu rumusnya BB=TB-110 (misalnya TB 170cm, maka BB ideal adalah 60kg). Selain postur yang tidak proporsional,
aku memiliki masalah paru-paru sisa bronkhitis sewaktu SMP, dan kalau di
Rontgent pasti ketahuan. Tapi setelah ngobrol dengan temanku sebut saja YP, aku
punya strategi jitu, yaitu minum ramuan sakti yang dapat menyamarkan hasil
rontgent, ramuan ini diminum sebelum dirontgent. Niscaya hasilnya akan
putiiiiih, flek-flek pada paru-paru akan tidak kelihatan, dan kakak-kakak YP
pun sudah membuktikanya, dan hasilnya efektif, padahal kakak-kakak YP adalah
perokok. Begitulah kiranya YP menyakinkanku, dan aku percaya saja. Hihi...
Hal
pertama yang aku lakukan adalah mengunjungi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Majalengka. Disana aku diberi informasi singkat tentang seleksi IPDN,
kemudian aku disuruh mengisi buku kolom pendaftaran. Sebelum mengisi, aku minta
izin untuk melihat-lihat siapa saja yang mendaftar, aku buka halaman
kebelakang, ternyata ada kolom pendaftararan tahun sebelumnya, tampak disana
para seniorku juga ada yang mendaftar, namun mungkin bukan rezekinya sehingga
mereka belum berhasil. Setelah melihat kolom kebelakang, aku coba melihat kolom
ke depan, dan ternyata luar biasa banyak juga yang mendaftar. Walaupun nyaliku
sedikit menciut, tapi tak mengurungkan niatku untuk mendaftar. Setelah selesai,
aku pulang, dan dari pihak BKD memberiku Formulir pendaftaran.
Aku
pulang dengan perasaan senang, namun juga kurang enak. Menjadi siswa ikatan
dinas ternyata menarik minat banyak orang, terbukti dari banyaknya pendaftar,
apalagi di sekolahku. Bagaimana tidak, dengan masuk menjadi siswa ikatan dinas
itu berarti hidupmu sudah dijamin oleh negara, masa depanmu cerah, mungkin
itulah yang ada di benak kebanyakan orang, maka tak heran banyak orang yang
mati-mmatian untuk dapat masuk menjadi siswa ikatan dinas, seperti IPDN, AKMIL,
AKPOL, STAN, dan lain-lain. KKN pun seakan sudah menjadi rahasia umum.
Saat itu masih
dua bulan menuju tes pertama. Aku rajin browsing di internet untuk mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang IPDN. Dan hasilnya aku tahu tahap-tahap
seleksinya. Seleksi pertama adalah seleksi kelengkapan administrasi. Kalau aku
tidak salah ingat, syarat-syaratnya adalah mengumpulkan formulir pendaftaran
beserta pas photo, surat perjanjian bersedia mengembalikan seluruh biaya
pendidikan selama menuntut ilmu di IPDN apabila dalam masa stuudi mengundurkan
diri baik secara hormat maupun tidak hormat, surat keterangan dari kepala desa
sampai ketua RT, surat izin dari orang tua, surat keterangan belum kawin, SKHU
sementara karena ijazahnya belum keluar, surat sehat dari LABKESDA, SKCK dari
POLRES setempat, dan yang terkhir surat kesehatan mata, semuanya dimasukan
kedalam map berwarna biru muda.
Seleksi yang
kedua adalah seleksi tes psikologi, dalam tes ini kepribadian kita akan diuji
apakah layak atau tidak menimba ilmu di kampus IPDN. Seleksi yang ketiga adalah
seleksi kesamaptaan dan seleksi kesehatan. Seleksi kesamaptaan adalah tes untuk mengetahui tingkat kebugaran calon praja (selanjutnya kita sebut capra),
isinya adalah lari 12 menit mengitari lapangan, push up, sit up, dan pull up.
Seleksi kesehatan adalah seleksi untuk mengetahui kesehatan kita, tentunya orang
yang berpenyakit tidak bisa menuntut ilmu disini. Dalam tes kesehatan,
semuanya akan diperiksa, mulai dari darah, tulang, mata, paru-paru, dan lain
lain. Dalam tes ini ada momen dimana para capra akan..... maaf, tanpa busana.
Setelah
seleksi kesamaptaan dan kesehatan, seleksi keempat adalah seleksi akademik. Isinya
ya seleksi yang akan menilai tingkat intelegen kita dibidang akademik. Dan
seleksi yang terakhir yang merupakan seleksi penentuan apakan para capra dinyatakan
lulus atau tidak adalah PANTAUHIR (pantaun terakhir) disinilah banyak orang
yang putus harapanya untuk sekolah di IPDN, atau gak LULUS coy. kenapa seleksi
ini begitu seram? Entahlah, dalam PANTAUHIR, semua seleksi diulang kembali,
mulai dari administrasi, saampai kademik, plus wawancara. coba kalian bayangkan, kalian sudah lulus hampir semua tes, kalian mati-matian agar lulus semua, tapi di PANTAUHIR kalian gagal begitu saja. hmmm....
Test
administrasi bertempat di kantor BKD, selanjutnya pihak BKD akan membawa map
kita ke kantor pusat (mungkin begitu :D). Namun semua test seperti test
psikologi, kesamaptaan & kesehatan, dan akademik, bertempat di ibukota provinsi,
karena aku berada di provinsi Jawa Barat, maka tempatnya di Bandung, atau lebih
tepatnya di RINDAM 3 Siliwangi. Sedangkan untuk PANTAUHIR, bertempat di kampus
IPDN sendiri di Jatinangor, Sumedang. bersambung.....
Waw
BalasHapusbro kalo boleh tau tes kesehatan yg lari 12 menit mengitari lapangan, push up, sit up, dan pull up, nah untuk push up, sit up, dan pull up masing masing berapa ya/ maksimala atau minimalnya berapa, terima kasih
BalasHapuswah hebat2, o ia ka saya jg dr majalengka,dr majalengka cmn tinggal 17 orang, minta do'anya ya ka mudah2an smuanya bsa masuk aamiin
BalasHapusMas kalau boleh tau tes kesehatan matanya ada buta warnanya gak?
BalasHapus